Thursday, December 06, 2007
sunset on 8:25 PM

'Cebur-ceburan' di Kali Citarik & 'Pantai-pantaian' di Pelabuhan Ratu yuuuk....

Dear Friends…..
Ikutan acara ‘cebur-ceburan’ di kali Citarik-Sukabumi yuk…kali ini kita mo ajak rekan2 buat ikut melintasi kali Citarik dengan jeram-jeramnya yang tersohor itu. Kali Citarik berada di sepanjang desa Cikidang-Sukabumi. Tempat yang sejuk dan asik untuk menikmati liburan bersama. Selain itu kita juga mo ajak rekan-rekan untuk menikmati wisata ‘pantai-pantai-an’ di Pelabuhan Ratu, wow…seruuuu….

Kapan ??
5-6 Januari 2008 atau sesuai kesepakatan bersama

Apa saja yang bisa dilakukan & mo kemana ajah ya ??
Selain berarung jeram, kita juga akan menikmati pesona panorama Pelabuhan Ratu. Jika beruntung, kita dapat menikmati indahnya sunset dan sunrise yang mempesona di tepi pantai Pelabuhan Ratu. Selain itu kita juga akan mengunjungi tempat wisata yang pasti menarik untuk di kunjungi, misalnya :
- Pantai Karang Hawu à terdapat karang yang menjorok ke laut dan terdapat beberapa lubangan yang sangat unik, berbentuk seperti tungku yang dalam bahasa sunda disebut ‘Hawu’. Konon tempat ini adalah tempat yang di keramatkan bagi ‘sang penguasa’ pantai selatan. Tapi tenang ajah, ga serem kok, malah tempat ini juga menjadi salah satu ‘sorga’ bagi pecinta surfing
- Tanjo Resmi, disini kita bisa melihat istana peristirahatan Presiden pertama negara ini, Sukarno. Istana ini dibangun pada 1960 dan punya panorama yang amat bagus.
- Air panas di Cisolok, hm…setelah lelah berarung jeram truz berendam air panas, nikmat juga kali ya. Pemandian air panas ini tergolong unik, karena letaknya tidak jauh dari garis pantai di desa Cisolok & mengandung banyak belerang, yang biasanya tempat seperti ini hanya ada di daerah pegunungan vulcano
- Jika beruntung bisa makan durian sepuasnya
- Goa lalay, 3 KM dari Pelabuhan Ratu, merupakan tempat bersemayamnya banyak binatang mamalia malam, yup…apa lagi klo bukan kelelawar
- Tempat pelelangan ikan, tempat ini juga tidak kalah menariknya lho…bagi pecinta seafoot, disinilah ‘sorga’ bagi mereka, karena banyak ditemukan jenis seafoot dari yang umum dijual dipasaran sampai yang unik-unik juga ada lho, so..jangan lupa siapin wadah khusus untuk ikan segar ya

Activity Plan :
Sat, 5 Jan ‘08
07:00 - 09:00 Meeting Point, perjalanan JKT-Citarik
09:00 - 10:00 Welcome drink plus persiapan pengarungan kali Citarik
10:00 - 14:00 Pengarungan kali Citarik
14:00 - 16:00 Makan siang & bersih-bersih diri
16:00 - 17:00 Perjalanan Citarik - Pelabuhan Ratu
17:00 - 18:00 Menikmati sunset di Pantai Pelabuhan Ratu
18:00 - 18:30 Perjalanan ke Pemandian Air panas Cisolok
18:30 - 20:00 Berendam Air panas
20:00 Makan malam & Istirahat di rumah penduduk di Cisolok

Sun, 6 Jan ‘08
05:00 - 07:00 Menikmati Sunrise di tepi Pantai
07:00 - 08:00 Berbenah diri
08:00 - 09:00 Makan pagi
09:00 - 14:00 Keliling Pelabuhan Ratu
- Pantai Karang Hawu
- Tanjo Resmi
- Tempat Pelelangan Ikan
- Goa Lalay
14:00 - 18:00 Perjalanan Pelabuhan Ratu - JKT

Berapa biayanya ??
Murah meriah lho…Cuma Rp. 400,000

Biaya tersebut sudah termasuk :
Seluruh program acara dalam itinerary
Biaya transportasi PP Jakarta – Cikidang –Pelabuhan Ratu – Jakarta, plus keliling Pelabuhan Ratu, dengan mobil Kijang/Panther ber-AC
Akomodasi (Penginapan), rumah penduduk di desa Cisolok
Makan 3x selama perjalanan
Rafting di kali Citarik sepanjang 12 KM, selama 4 jam, Wooow…

Biaya tersebut tidak termasuk :
- Obat-obatan pribadi
- Makan siang pada hari ke-2
- Makan durian à kalo kita beruntung dapetnya ya…
- Belanja oleh-oleh dan souvenir :-D
- Asuransi perjalanan, kecuali asuransi jiwa selama rafting sudah termasuk dalam paket rafting

Perlengkapan yang harus dibawa :
- Jaket / baju hangat
- Baju ganti
- Sendal jepit atau sandal trekking untuk jalan-jalan di pantai n berarung jeram
- Payung, topi/kupluk à khan panas maen pantai-pantaian ^_^
- Sunblock & kacamata hitam, wajib booow….
- Obat-obatan pribadi
- Uang receh kalo mo ke toilet

Tertarik and mau daftar?????
Daftar aja, by email ke heni.aku@gmail.com atau yunita.andalusia@nissandiesel.astra.co.id, plus jangan lupa cantumin no HP biar bisa di hubungin atau bisa juga telpon di 0812-1093919 (Heni) & 0816-1667137 (Uci). Nah kalo udah daftar tinggal di tunggu pembayarannya yaa (ini yang paling penting, hehehehehe….). Pendaftaran kita tunggu sampai tanggal 29 Desember 2007 (jika kita akan melakukan trip ini tanggal 5-6 Januari 2008).

Cara bayarnya gimana....????
Pembayaran dapat di transfer ke Bang Mandiri Cabang Lippo Cikarang Np. Rek 1560000157901 a/n Heni Trias Wijayanti. Pembayaran bisa langsung full atau bisa juga diangsur 2x. Angsuran pertama 50% atau Rp. 200,000 pada saat proses booking/pendaftaran, lalu sisanya pas mo jalan/ hari-H

Note: uang yg ditransfer dpt dipertanggungjawabkan dan akan diberikan kwitansi pembayaran yang dikirim melalui email

Mohon setiap trasfer diinformasikan melalui email atau telpon ke no hp Heni ato bukti pembayaran bisa di faks ke no. 897-3434 / 897-2874 ,Biar bisa diupdate.

Refund Policy:
- Apabila terjadi pembatalan trip, maka uang hanya akan dikembalikan 50% dari total biaya perjalanan, karena uang tersebut telah terpakai untuk proses booking mobil
- Trip ini tidak akan dilakukan jika peserta kurang dari 8 orang atau kelipatannya. Karena sistem perjalanan ini adalah ‘ditanggung’ bersama dan panitia hanya sebagai fasilitator.. Makanya ajak teman n sapah-sapah ajah yang berminat gabung, yuuuukz….

Informasi lebih lengkap, hubungi ajah :
Heni : heni.aku@gmail.com, henitrias.wijayanti@kalbe.co.id
Hp: 0812-1093919 (all the time) ato ke rumah : 021-82603115 (malam hari)Info Website: http://www.henimountain.blogspot.com/

Yuuukz...buruan daftar, biar makin rame...makin seruuuuu.....

Salam Lestari


More Article...

(1) comments << Home
Thursday, October 11, 2007
sunset on 12:08 AM

Sebening embun di pagi hari
Selembut putih awan di siang hari
Seterang bulan purnama di malam hari
Dengan setulus hati, kami memohon maaf di hari yang fitri ini
Mari leburkan segala ego yang tertanam di hati
Minal A'idzin wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Bathin

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1428 H

Salam Lestari
Keluarga Besar KARPALA KALFA

More Article...


(0) comments << Home
Thursday, September 13, 2007
sunset on 8:10 PM


Menggapai Puncak Tertinggi di Sulawesi, Rante Mario 3478 Mdpl

Kali ini team KARPALA KALFA melakukan perjalanan ke pegunungan Latimojong dengan target puncak Rante (Dante) Mario yang memiliki ketingian 3478 Mdpl. Pada koordinat 120º 01’ 30” BT - 03º 23’ 01” LS, dengan waktu tempuh 14-17 Agustus 2007. Pegunungan ini terletak ditengah-tengah Propinsi Sulawesi Selatan, diapit oleh empat kabupaten yaitu Tana toraja di Utara, Luwu Timur, Sidrap di Selatan, dan enrekang di Barat. Perjalanan panjang dan berliku tapi mengasikkan. Bagaimana tidak, perjalanan yang dilakukan oleh empat belas orang dari KARPALA KALFA (Team Lenong, ngga dimana-mana bawaannya kaca, bedak, dan perfume, red), dan empat orang teman dari KPA Lembayung, benar-benar memberikan suasana trekking yang santai, nyaman, dan menyenangkan.

Sekilas kehidupan penduduk dan geografis pegunungan Latimojong
Banyak orang yang menyebutnya sebagai gunung Latimojong, tetapi sebenarnya merupakan pegunungan yang disebut dengan Latimojong dengan beberapa puncak yang membujur dari Barat ke Timur, yaitu Buntu (Buttu/puncak) Pantealoan 2500 Mdpl, Buntu Pokapinjang 2970 Mdpl, dan Buntu Rante Mario 3478 Mdpl. Melintang dari Utara ke Selatan, yaitu Buntu Sinaji 2430 Mdpl, Buntu Sikalong 2754 Mdpl, Buntu Rante Kambola 3083 Mdpl, Buntu Rante Mario 3478 Mdpl, Buntu Nenemori 3097 Mdpl, Buntu Majaja 2700 Mdpl, dan Buntu Latimojong 2800 Mdpl. Formasi Latimojong tersusun dari batuan sedimen liat berselingan dengan batuan gunung api (vulkanik), batu pasir tufaan berselingan dengan tufa, batu pasir, batu lanan dan batu lempung umumnya mengeras kuat dan sebagian kurang padat. Iklimnya tergolong tropis basah dengan curah hujan rata-rata 1000-1500 mm/tahun. Banyak terdapat sungai dan sumber mata air di sepanjang perjalanan dari dusun latimojong hingga menuju ke puncak (mata air terakhir berada pada post 7 pada ketinggian 3300 Mdpl)

Saat ini listrik telah masuk sampai di dusun Karangan. Dengan memanfaatkan arus air sungai yang mengalir di sepanjang dusun tersebut untuk menggerakkan kincir air/kumparan yang mengolah kekuatan air menjadi arus listrik. Satu kincir air dapat menerangi tiga rumah. Sehingga kekuatan arus listrik yang dihasilkanpun tergantung dari besarnya arus air sungai. Besarnya arus air sungai ini juga tergantung dari peran serta manusia untuk menjaga kelestarian hutan di pegunungan Latimojong yang dapat berfungsi sebagai pengikat air hujan.

Sumber mata pencaharian penduduk di sekitar kaki/lereng pegunungan ini adalah bertanam kopi, kakao, salak, dan beberapa tanaman rempah-rempah lainnya. Namun komoditi paling besar/dominan adalah tanaman kopi dan kakao, yang banyak tersebar di kecamatan Baraka, Alla, dan Curio. Disamping karena kesesuaian lahan dan makin besarnya minat masyarakat untuk mengusahakan tanaman tersebut. Besarnya permintaan, prospek pasar yang cukup menjanjikan, dan juga nilai jual kopi dan kakau lebih tinggi ini lah yang menjadi alasan utama bagi petani untuk mengembangkan tanaman tersebut.

Beberapa jenis hewan langka dan dilindungi di daerah ini adalah Anoa (Bubalus Depressicornis), Elang dan beberapa jenis burung kecil (kemungkinan masih ada jenis hewan langka dan dilindungi di daerah ini, karena keterbatasan informasi penulis maka tidak dijabarkan pada artikel ini). Anoa merupakan binatang endemic Sulawesi dengan ciri-ciri mirip sapi, mempunyai tanduk runcing berukuran 13-15 cm, berwarna coklat dan berbulu tebal sebagai perlindungan terhadap udara pegunungan. Jika beruntung, Anoa akan terlihat antara post 2 sampai puncak, terutama di post 7 yang sebagian besar merupakan savanna dan batuan tebing yang merupakan salah satu habitat hidup Anoa. Tapi sayang, kelestarian hidup Anoa ini sangat tergantung dari peran manusia dalam menjaga hutan dan kelestarian alam sebagai tempat binatang-binatang ini berkembang biak. Sementara yang terlihat saat ini, manusia lebih memilih menjadikan hutan sebagai ladang meraih keuntungan komersil. Perburuan Anoa yang dilakukan secara ilegal oleh pendatang yang hanya mementingkan keuntungan pribadi juga merupakan salah satu faktor kepunahan Anoa. Kebiasaan penduduk sekitar pegunungan Latimojong dalam memperlakukan Anoa sangatlah istimewa, terbukti untuk melakukan perburuan binatang endemic Sulawesi ini ada beberapa ritual yang harus di jalankan, antara lain melepaskan tiga ekor ayam antara post 5 sampai puncak yang dilakukan oleh sesepuh adat sekitar. Perburuan yang dilakukan ini dilakukan jika di desa/dusun mereka kedatangan tamu penting seperti bupati, camat atau ada acara pelantikan kepala desa dan kepala dusun.

Perjalanan team KARPALA KALFA menuju Buntu Rante (Dante) Mario 3478 Mdpl

Senin, 13 Agustus 2007 Desa Baraka – Dusun Karangan 1390 Mdpl
Perjalanan kami diawali pada sebuah bandara Hasanudin di Maros, Sulawesi Selatan. Dengan di jemput dua mobil kijang dan satu inova (yang sebelumnya sudah di booking dari Jakarta), dengan biaya sewa Rp. 400,000 per mobil per sekali jalan. Ketiga mobil tersebut akan membawa kami ke desa Baraka, dengan kecepatan yang luar biasa (rata-rata 140 Km/jam) yang menurut sopir yang kami tanya, hal ini sudah biasa dilakukannya (alamaaak…gile bener, belum apa-apa adrenalin sudah di uji coba). Perjalanan selama ± 5 jam ini telah membawa kami hingga sampai ke desa Baraka dengan selamat (Alhamdulillah….). Istirahat sejenak sambil berkenalan dengan teman-teman di KPA Lembayung yang beberapa diantaranya akan menjadi guide kami selama pendakian, melakukan perijinan pendakian dilakukan di Polsek Baraka, serta konfirmasi sarana transportasi untuk ke dusun Latimojong (Rante Lemo). Transportasi menuju dusun Latimojong ini dengan menggunakan truck yang biasa digunakan untuk mengangkut kopi dan hasil pertanian lainnya. Harga sewa (carter) truck ini adalah Rp. 360,000 per sekali jalan.

Perjalanan dari desa Baraka menuju dusun Latimojong (Rante Lemo) dilakukan ± 3 jam. Jalanan yang masih berupa tanah, di kanan-kirinya tebing dan jurang, dan disuguhi dengan pesona alam, tebing-tebing yang menjulang tinggi, jajaran pegunungan latimojong dan perkebunan penduduk serta beberapa rumah khas daerah tersebut, membuat kami betah berlama-lama menikmati perjalanan ini, meskipun keadaan kami dalam truck tersebut seperti perahu yang terombang-ambing oleh hempasan ombak.

Perjalanan menuju titik awal start pendakian belum berakhir sampai disini, dari dusun Latimojong perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki ± 3 jam menyusuri jalan setapak landai perkebunan penduduk menuju dusun Karangan (1390 Mdpl). Dusun ini merupakan dusun terakhir untuk mendaki pegunungan Latimojong (titik start pendakian) serta melakukan perijinan pendakian ke kepala dusun setempat. Ketika kami sampai di dusun Karangan, langit sudah mulai gelap, sehingga kami memutuskan untuk bermalam di dusun ini, tepatnya di kediaman Bapak Sahir, merupakan kepala dusun Karangan.

Selasa, 14 Agustus 2007 Dusun Karangan - Post 5 (Soloh Tama) 2480 Mdpl


Dusun Karangan – Post 1 (Buntu Kaciling) 1800 Mdpl
Pagi yang cerah untuk memulai perjalanan. Pukul 09.00 WITA kami mulai perjalanan ini dengan keceriaan. Jalan setapak yang di tempuh relatif lebih kecil, melewati perkebunan kopi dan kakao, serta menyususri pinggiran sungai Salu Karangan yang jernih dengan suara gemericik air yang membuat sejuk perjalanan kami. Tapi kenikmatan kami terganggu dengan adanya suara gemuruh mesin penebang pohon yang marak terjadi di kawasan hutan itu. Hal ilegal tapi terlihat seperti legal. Sungguh ironis memang, tapi itulah yang terjadi pada hutan kita sekarang.

Dalam perjalanan ini kita akan melewati dua jembatan kayu untuk menyeberangi sungai, dilanjutkan dengan jalan menanjak ± 60º dan akan menemukan jalan bercabang. Ikuti jalur yang kekiri dan agak landai untuk menuju ke puncak Rante Mario. Perlu ketelitian untuk mencapai post 1, karena banyak jalanan bercabang yang merupakan jalur penebang kayu dan pemburu yang dapat mengecoh pendaki. Sepanjang perjalanan ke post 1 ini didominasi oleh tanaman perkebunan, seperti kopi dan kakau.

Perjalanan menuju post 1 ini kami tempuh ± 1.5 jam. Terletak pada koordinat 3º 24’ 21.5” LS - 119º 59’ 52.3” BT, pada ketinggian 1800 Mdpl, dengan jarak tempuh dari dusun Karangan menuju post 1 ± 1.2 km. luas area ini ± 8 m2 dan tidak terdapat mata air.

Post 1 – Post 2 (Goa Sarung Pakpak) 1800 Mdpl
Jalur menuju post 2 ini sedikit menanjak dan lebih banyak jalur menurun, karena letak post 2 ini berada pada lembahan dan tepat di tepi sungai yang mengalir deras. Perlu konsentrasi tinggi dalam menyusuri jalur ini, karena kita menyusuri jalan setapak yang sangat licin dan kecil (hanya cukup untuk satu orang), melipiri tepi jurang yang curam, jika salah langkah sedikit saja, jurang besar menganga menanti kita (seyeeeem tapi seruuuu….). Ketika akan mencapai post 2, kita harus menyeberangi sungai dengan menggunakan jembatan kecil yang terbuat dari batang pohon dan sangat licin. Jadi, harap berhati-hati karena telah banyak korban dari team kami yang tercebur di sungai tersebut. Tidak terlalu dalam tapi dinginnya air sungai tersebut bisa membuat badan seolah mati rasa.

Perjalanan menuju post 2 ini kami tempuh ± 2 jam. Sepanjang perjalanan didominasi dengan hutan pegunungan campuran (Mixed Hill forests). Terletak pada ketinggian 1800 Mdpl, berada di bawah batu tebing yang sangat besar dan tidak terlalu luas untuk mendirikan tenda. Jarak tempuh dari post 1 menuju post 2 ± 0.9 km. Tersedia banyak air sungai yang mengalir deras yang dapat langsung di konsumsi.

Post 2 – Post 3 (Lantang Nase)
Menuju post 3, kami langsung disambut dengan tanjakan terjal ± 80-85º hampir tanpa bonus, licin, dan berbatu (pokoknya aduhaai banget trek ini). Konsentrasi dan keseimbangan harus dijaga untuk melewati jalur ini, karena jika kita lengah sedikit akan terjungkal kebelakang. Sebaiknya sediakan tali untuk membantu melewati jalur ini, tapi jika tidak membawanya, maka tidak perlu khawatir karena akar-akar serta semak-semak belukar akan membantu pendaki dalam melewati jalur ini.

Post 3 ini merupakan area datar berukuran ± 8 m2. Terletak pada koordinat 3º 24’ 24.5” LS - 120º 00’ 26.8” BT. Tidak terdapat mata air pada post 3. Jarak tempuh menuju post ini ± 600 km, dengan kemiringan antara 80-85º, dan waktu tempuh kami ± 2 jam perjalanan.

Post 3 – Post 4 (Buntu Lebo) 2140 Mdpl
Masih dengan pemandangan hutan pegunungan campuran yang memiliki pohon dengan diameter tidak terlalu besar namun tinggi-tinggi, sedikit lumut-lumut tebal yang hidup menempel pada pohon, dan kicauan burung-burung semakin membuat kami bersemangat menikmati perjalanan. Tanjakan terjal antara 60-70º tidak mematahkan semangat kami untuk terus melangkahkan kaki ini.

Post 4 terletak pada ketinggian 2140 Mdpl, dengan jarak tempuh dari post 3 ± 1 km, kami dapat melaluinya dengan waktu tempuh 1.5 jam. Area ini tertutup oleh pohon-pohon yang mendominasi hutan tersebut dan tidak cocok untuk mendirikan tenda dengan jumlah yang banyak karena hanya mempunyai luas 6 m2 dan tidak terdapat mata air.

Post 4 – Post 5 (Soloh Tama) 2480 Mdpl
Jalur menuju post 5 tidak terlalu sulit untuk dilalui, dengan tanjakan antara 40-50º semakin membuat kami bersemangat untuk mencapai post 5 yang merupakan target akhir kami mendirikan tenda dan bermalam untuk hari ini. Dengan kemampuan dan kekuatan tenaga yang masih tersisa, kami menempuh perjalanan ke post 5 ± 2 jam. Terlalu lama dari waktu tempuh yang telah di targetkan.

Sepanjang perjalanan menuju post 5 didominasi oleh jenis hutan sub-montana dengan beberapa pohon serta tanahnya dilapisi oleh lumut-lumut tebal, dan sesekali terlihat pohon Kalpataru, sehingga membuat kami menikmati perjalanan ini sambil mencari buah kalpataru yang berjatuhan dan sudah mengering.

Akhirnya sampailah kita di post 5. Tempat ini sangat cocok digunakan untuk bermalam, karena selain areanya datar dan cukup luas, mata airpun tersedia disini, berupa sebuah sungai yang berjarak ± 150 m menuruni lembah bertebing dan agak bergaya scrimbling untuk mencapai lokasi mata air. Suhu udara ketika itu mencapai 8ºC pada malam hari dan 10-12ºC pada pagi hari.

Rabu, 15 Agustus 2007 Post 5 – Puncak Rante (Dante) Mario 3478 Mdpl

Post 5 – Post 6 2690 Mdpl
Pagi yang dingin, setelah beraktivitas seharian kemaren membuat badan jadi malas untuk di gerakkan, terlebih sleeping bag lusuhku semakin menghangatkan raga yang masih bernyawa ini. Tapi perjalanan panjang masih harus kami tempuh. Di seberang Samudera Indonesia banyak yang mengharapkan kami untuk kembali dan berhasil mencapai puncak tertinggi di Sulawesi ini. Merupakan kebanggaan (tanpa ada rasa takabur) bagi setiap pendaki yang berhasil mencapai puncak dan menyentuh triangulasinya. Semangat ini lah yang terus berkobar dalam hati kami dan segera beranjak menuju puncak Rante (Dante) Mario.

Bangun pagi, sinar mentari hangat dihati
Seiring Bob Marley nyanyikan lagu cinta
Aku belum mandi dan gosok gigi
Dengan segelas kopi hangat kupandang hutan hijau yang luas
(harusnya “kupandang lautan lepas”, red)

Tepat pukul 09.00 WITA kami start menuju puncak.

Jarak antara post 5 menuju post 1 tidak terlalu jauh, memiliki tanjakan terjal antara 50-60º, didominasi hutan dengan pohon-pohon tidak terlalu tinggi dan diameter batang tidak terlalu besar. Lumut-lumut semakin banyak terlihat pada jalur ini, menempel pada batang-batang pohon dan tanah, sehingga membuat jalur semakin licin. Jajaran puncak pegunungan Latimojong sudah terlihat, meskipun pandangan kita masih terhalang oleh beberapa pohon-pohon dan kabut tipis yang menyelimuti di sekitar post tapi tidak mengurangi indahnya pesona alam jajaran pegunungan tersebut (Subhanallah…..).

Pada post 6 tidak cocok dijadikan tempat untuk mendirikan tenda, karena area yang tidak terlalu luas ± 8 m2 dan tidak terdapat mata air pada post ini. Jarak antara post 5 menuju post 6 ± 700 m. Waktu tempuh kami ketika itu ± 35 menit.

Post 6 – Post 7 (Kolong Buntu) 3100 Mdpl
Jalan setapak dengan tanjakan berkisar antara 35-50º, kontur tanah lebih didominasi berupa padas, berlumut, licin dan disebelah kiri menganga jurang yang curam, membuat kami harus tetap extra hati-hati dalam melangkah. Sepanjang jalur ini merupakan area yang sudah terbuka karena sebagian besar pohon-pohon yang mendominasi area ini adalah pohon-pohon perdu semacan Cantigi, sehingga kami dapat dengan leluasa memandang jajaran pegunungan Latimojong yang mempesona.

Post 7 berada pada ketinggian 3100 Mdpl, lokasinya agak melembah dan area yang sangat luas yang dapat digunakan untuk mendirikan beberapa tenda. Banyak pendaki yang betah berlama-lama bahkan bermalam di post ini, karena area ini sangat terbuka dan jajaran pegunungan Latimojong merupakan daya tarik tersendiri, tapi juga harus hati-hati, karena kadangkala terjadi badai angin kencang dan kabut tebal menyelimuti area ini. Sebelum mencapai post 7 ada sebuah batu-batu padas. Jika kita berjalan ke kiri dari batu-batu padas tersebut, sejauh ± 20 m akan ditemukan mata air kecil tapi terus mengalir sepanjang tahun.

Post 7 – Puncak Rante (Dante) Mario 3478 Mdpl
Tanjakan terjal ± 45º yang hanya berjarak 150 m siap menyambut kami. Kawasan yang banyak di jumpai lumut dan tanaman perdu ini mempunyai beberapa jalan bercabang sebelum kita sampai di puncak. Pada percabangan pertama, ambil jalur ke kiri dengan medan menurun jika kita akan menuju sebuah persimpangan yang disebut dengan parapatan dengan melewati lembahan, dan ambil jalur ke kanan dengan medan menanjak ± 40º dan jarak tempuh ± 100 m jika akan berkunjung ke post tower (antena). Konon antena yang ada pada post ini merupakan antena komunikasi ABRI yang tidak terpakai lagi). Dari post antena ini terdapat jalur alternative menuju puncak Rante Mario, yaitu melewati hutan yang sebagian besar pohonnya mempunyai diameter batang kecil dan tidak terlalu tinggi (tinggi pohon ± 2 meter) dengan jalur yang relative landai, tapi harus tetap berhati-hati karena jalur ini licin. Jadi jalur ini tidak lagi melewati Parapatan yang medannya menuruni lembahan kemudian menanjak ± 40º dengan medan berbatu. Dari Parapatan ambil jalur ke kiri untuk menuju puncak Rante Mario. Kedua jalur tersebut akan bertemu sebelum mencapai puncak.

Jalur menuju puncak ini didominasi oleh padang rumput dan batu-batuan, yang relative landai dengan sesekali tanjakan. Akhirnya sampailah kami di Puncak tertinggi di Selawesi, Rante (Dante) Mario.Berada pada ketinggian 3478 Mdpl, pada koordinat 120º 01’ 30” BT - 03º 23’ 01” LS. Waktu tempuh kami saat itu dari post 7 adalah 1.5 jam Mempunyai area yang luas dan terdapat triangulasi yang biasa dimanfaatkan oleh pendaki untuk mengabadikan kesuksesannya mencapai puncak tertinggi di Sulawesi ini.

Pulang dengan beragam cerita dan pengalaman indah

Keindahan dan kemolekanmu akan selalu kami jaga
Hutanmu yang hijau, sungai jernihmu yang tak lelah mengalir, memberikan aura baru bagi kami yang menjamahmu
Kini kami pulang dengan membawa beribu kisahmu
Lestari alamku, lestari negeriku….

Kali ini kami turun dengan melewati jalur yang sama ketika kami menuju puncak. Terbesit keinginan untuk menggapai puncak Nenemori yang merupakan puncak tertinggi kedua di pegunungan Latimojong ini, tapi karena keterbatasan waktu yang kami punya akhirnya kami tepis rasa itu dan berharap suatu ketika dapat “menjamah lembut” indahnya Nenemori.

Perjalanan turun kali ini, waktu yang kami tempuh tidak berbeda jauh dengan pada saat pendakian. Target kami saat ini untuk bermalam, sebelum akhirnya kami kembali lagi ke “peradaban” adalah post 5.

Kamis, 16 Agustus 2007 Post 5 – Dusun Karangan

Pagi yang cerah, dengan susah payah sinar mentari berusaha menembus rimbunnya hutan di post 5, membuat kami hampir tidak merasakan hangat “sentuhannya” tapi hal ini tidak mematahkan semangat kami untuk segera beranjak meninggalkan post 5, karena kami tau perjalanan turun akan memakan waktu yang tidak singkat. Bagaimana tidak, jalanan yang licin akan menyulitkan kaki ini untuk melangkah dan dibutuhkan extra hati-hati.

Pukul 09.00 WITA kami sudah siap untuk meninggalkan post 5. Perjalanan menuju post 4 dan post 3 dapat kami lalui dengan lancar. Canda tawa serta celaan-celaan menggoda selalu menemani perjalanan, sehingga perjalanan ini begitu terasa menyenangkan dan singkat.

Perjalanan dari post 3 menuju ke post 2, Jalur inilah yang paling extreme. Jalur dengan kemiringan tanah ± 85º, licin dan sedikit berair membuat kami harus extra hati-hati dalam menentukan langkah. Tidak sedikit korban dari team kami yang terperosok di jalur ini. Disinilah kami membutuhkan bantuan tali sebagai salah satu alat bantu untuk menjaga keseimbangan tubuh dan beban ransel yang kami bawa. Dengan kekompakan team akhirnya kami dapat mencapai post 2 dengan selamat (Thanks GOD). Beristirahat sejenak untuk makan siang dan shalat, sambil sesekali menikmati gemericik dan segarnya air sungai yang mengalir persis di samping di post 2, membuat kami melupakan “penderitaan” kami ketika turun dari post 3 tadi.

Kabut tipis menyelimuti post 2, dingin mulai menusuk ke tulang-tulang kami, waktunya untuk segera bergegas. Perjalanan menuju post 1, medan yang licin, melipiri punggungan gunung, dan sebelah kanan merupakan jurang yang menganga lebar membuat kami harus tetap extra konsentrasi untuk memijakkan kaki. Tenaga yang telah terkuras beberapa hari ini ditambah dengan beban ransel yang hampir tidak berkurang membuat perjalanan ini terasa begitu panjang, tapi beruntung sekali suara kicauan burung-burung kecil terasa menyejukkan dan meringankan perjalanan kami.

Sampailah kita di post 1. Disini terlihat jelas pemukiman penduduk, ladang-ladang/perkebunan penduduk, serta yang membuat hati ini miris, banyaknya hutan-hutan yang ditebang, baik untuk perkebunan dan tak sedikit yang masih dibiarkan gundul. Kasian sekali hutanku….

Tidak mau berlama-lama menatap hutan yang semakin gundul, kamipun segera beranjak menuju dusun Karangan. Dengan melewati perkebunan penduduk, menyususri tepi sungai Salu Karangan yang jernih dengan gemericik airnya yang menggoda untuk dijamah setelah seharian berjalan dengan badan yang penuh dengan keringat. “Hm…pasti segar”, batinku. Tak lama kami berjalan, sampailah kami di dusun Karangan, bertemu lagi dengan keluarga Bapak Sahir dan penduduk sekitar yang selalu ramah menyambut para pendaki (Alhamdulillah….)

Rencana hari ini untuk langsung bertolak menuju desa Baraka harus kami gagalkan. Hujan deras terus mengguyur dusun ini semalaman. Hal yang dikhawatirkan jika hujan adalah akses jalan setapak menuju Rante Lemo (dusun Latimojong) licin, kemudian jalanan dari Rante Lemo menuju desa Baraka akan sulit dilalui oleh kendaraan jenis apapun karena akses jalan sebagian besar adalah tanah liat dan tanah merah. Pertimbangan inilah yang mengharuskan kami untuk bermalam dulu di dusun Karangan sambil melihat situasi keesokan hari.

Jumat, 17 Agustus 2007 Dusun Karanga – Desa Baraka

Hujan telah berhenti ketika kami masih terlelap. Terlihat mentari pagi hangat menyinari dusun Karangan. Waktu yang tepat untuk kembali ke desa Baraka. Hm…ada beberapa ekor kuda para petani kopi terlihat di depan rumah Bapak Sahir. Menurut cerita kuda-kuda itu dapat juga disewa untuk membawa ransel-ransel para pendaki menuju Rante Lemo. Iseng-iseng kami menawar untuk menyewa kuda itu, yupz…berhasil !!! harga sewa per kuda Rp. 70,000, kami menyewa tiga kuda untuk mengangkut 19 ransel. Lumayan…begitu nikmat perjalanan kami dengan tidak adanya ransel di punggung. Sampailah kami di Rante Lemo. Truck yang kemaren membawa kami dari desa Baraka menuju ke Rante Lemo telah menunggu dan siap mengantarkan kami kembali ke desa Baraka.

Lagi-lagi kami disuguhi oleh pesona alam yang memukau. Dalam perjalanan menuju Baraka kali ini kami melewati jalur…. , berbeda dengan rute keberangkatan kemarin. Banyak sekali dijumpai teping-tebing indah menjulang tinggi disana. Salah satu tebing yang kami tau adalah Buntu Batu. Buntu Batu ini menurut cerita terdapat lubang yang menyerupai tapak tangan yang besarnya enam kali tapak tangan orang dewasa, tetapi belum diketahui asal usul lubang tersebut.

Tiga jam berlalu, sampailah kami di desa Baraka. Teman-teman KPA Lembayung dengan sukacita menyambut kedatangan kami sekembalinya dari Rante Mario. Perjalanan indah yang tidak akan kami lupakan. Begitu banyak cerita, pengalaman, dan hal-hal menarik seru lainnya yang kami alami disini.

Terima kasih teruntung :


  1. Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan dan kasih sayangnya kepada kita semua.

  2. PT Kalbe Farma atas support yang telah diberikan kepada team KARPALA KALFA

  3. Bapak Aydi Jaya, selaku pihak Management PT Kalbe Farma

  4. Bapak IGPBD Virgo, selaku penasehat dan penanggung jawab kegiatan KARPALA KALFA.

  5. Team ekspedisi Latimojong 2007 dan semua teman-teman KARPALA KALFA

  6. Bang Indra Qonyek untuk informasi-informasinya.

  7. Web HighCamp, terima kasih untuk CatPernya, maaf kami telah mengcopy CatPer Latimojong 2001 tanpa permisi dahulu, mayan euy buat itenary. Kondisi saat ini agak sedikit berbeda.

  8. Teman-teman di KPA Lembayung. Marfin, Barry, Chandra, Iwan, dan Ully buat semua support, cerita, dan pengalaman selama perjalanan, sangat berharga sekali.

  9. Semua pihak yang telah mensupport kegiatan kami.

Jakarta, 31 Agustus 2007
Team Ekspedisi Latimojong 2007
KARPALA KALFA


More Article...


(0) comments << Home
Wednesday, August 01, 2007
sunset on 9:36 PM

Lagi...lagi...Wisata Air di Jember - Jawa Timur

Hai...hai...

Setelah kemaren aku kenalkan wisata air terjun di Jember-Jawa Timur, kali ini ada wisata laennya yang ga kalah seruuu lho. Yup, Wisata Pantai...

Ternyata Jember (kota kecil tercinta-Q itu lho…) ada banyak wisata alam yang menarik untuk di kunjungi dan nikmati. Kali ini aku ambil topic tentang pantai & laut. Yah…Pantai yang eksotik, membentang terutama di jajaran pantai selatan. Dan pastinya ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan disini dan biaya-biayanya pun yang akan dikeluarkan relative murah. Ga percaya…??? Kita buktikan saja, yuuuk…

1. PANTAI WATU ULO
Kearah selatan kota Jember di gugusan Samudera Indonesia terdapat pantai yang indah panorama alamnya yaitu Pantai Watu Ulo terletak ± 45 Km dari kota Jember. Untuk menuju ke Pantai watu Ulo bisa ditempuh dengan segala macam kendaraan. Disebut Watu Ulo karena di pantai itu ada sebuah batu panjang berbentuk ular (Jw. Ulo) dengan penuh sisik. Menurut cerita rakyat dikatakan bahwa pada jaman dahulu kala ada sebuah ular yang sedang bertapa di pantai itu. Setelah terkabul permohonannya kepada Yang Maha Kuasa maka berwujudlah ia menjadi sebuah batu yang persis seekor ular dengan kepalanya menjulur ke laut, sedang badannya berada di daratan. Pada jaman pendudukan Jepang, pegunungan di sekitar Pantai Watu Ulo dijadikan benteng pertahanan dan pengintaian bala serdadu musuh yang mau menyusup daratan melalui pantai. Benteng Jepang yang berjumlah lima buah tersebut oleh masyarakat setempat disebut sebagai Goa Jepang dan merupakan salah satu lokasi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Disamping Goa Jepang, di sebelah Watu Ulo ada sebuah Goa Lawa (Goa Kelelawar) yang dihuni ratusan ribu kelelawar. Goa ini bisa dimasuki oleh pengunjung dengan menyusuri dan melewati pantai berpasir. Karena tempatnya yang sunyi dari keramaian, goa ini sering dijadikan tempat bermeditasi bagi orang-orang tertentu, apalagi mengingat goa ini mempunyai kedalaman 100 m.
DAYA TARIK
- BATU ULAR merupakan batu memanjang di pesisir pantai yang sekilas mirip ular
- PANORAMA ALAM keindahan pantai dengan gugusan karang di tengah laut yangmerupakan ciri khas Pantai Watu Ulo
- PEKAN RAYA WATU ULO diselenggarakan pada tiap 1 Syawal s/d 10 Ayawal (lebaran) yng merupakan acara tradisi dalam rangka memberikan hiburan untuk masyarakat
- LARUNG SESAJI PANTAI WATU ULO diselenggarakan pada tanggal 7 Syawal (hari Raya ketupat) dengan maksud sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki yang diberikan kepada para nelayan khususnya dan masyarakat Sumberrejo pada umumnya.

FASILITAS
- Playground (Taman Bermain)
- Camping Ground(Areal Berkemah)
- Souvenir Shop (Kios Souvernir)
- Warung Makanan Dan Minuman
- Kantor UPTD
- Musholla
- MCK
- Tempat Parkir
- Jalan Hotmixed
- Telepon Umum
- Listrik / Air

TRANSPORTASI
Dapat mengunakan segala jenis kendaraan ( roda dua dan empat) karena menuju lokasi beraspal hotmixed.

TIKET MASUK
Dewasa Rp. 3.000,
-Anak-2 Rp. 2.000,
-Motor Rp. 500,
-Mobil Rp. 3.000,-

2. PANTAI PAPUMA
Selain Pantai Watu Ulo, pantai yang juga menarik untuk dikunjungi adalah Pantai Pasir Putih Malikan (PAPUMA) yang letaknya bersebelahan dengan Pantai Watu Ulo. Sepanjang Pantai Papuma terbentang pasir putih yang indah dipandang dan nyaman diinjak karena terasa empuk dan lembut. Papuma sering dijadikan tempat berjemur oleh Wisatawan Mancanegara. Disamping keindahan alamnya, Pantai Papuma juga kaya akan fauna seperti Biawak, Ayam Alas, burung-burung dengan ragam jenisnya, Babi Hutan, Rusa, Landak dan Trenggiling.Untuk lebih menambah kesempurnaan dalam menikmati panorama alam, di Papuma disediakan penginapan dan rumah makan yang menyediakan makanan Indonesia dan makanan Ikan Bakar Khas Papuma.
• LOKASI : Desa Lojejer Kecamatan Wuluhan (Sebelah Barat Wisata Watu Ulo)
• JARAK TEMPUH KE LOKASI : ± 45 Km dari Kota Jember
• SUHU UDARA : rata–rata 25°C – 32°C

DAYA TARIK
- PANORAMA ALAM keindahan alam Pantai Papuma dengan perpaduan antara hutan, laut, dan gugusan pulau Dewa (Krisna, Nada, dan Bathara guru)
- PASIR PUTIH: merupakan daya tarik bagi wisatawan dan kebiasaan para wisatawan mancanegara pada musim panas adalah berjemur di pasir putih ini
- SITI HINGGIL: dari lokasi Siti Hinggil yang berada pada ketinggian 100m/dpl, wisatawan dapat menikmati keindahan laut selatan dan Pulau Nusa Barong
- GUA LAWA: mempunyai kedalaman + 30 m yang dapat dicapai pada saat air laut surut (menurut legenda, lokasi ini merupakan tempat bersemayam Putri Penguasa Laut Selatan ”Dewi Sri Wulan” dan tempat bertapa Kyai Mataram)

FASILITAS
- Jalan Aspal
- Areal Parkir
- Jalan Lintas dan Pendakian
- Tempat Istirahat/Balairung
- Bumi Perkemahan
- Kios Makanan
- Kios Souvenir
- Shelter
- Gazebo
- Playground
- MCK
- Listrik/Air
- Musholla
- Telepon Umum

TRANSPORTASI
Dapat menggunakan segala jenis kendaraan (roda dua dan empat) karena jalan menuju lokasi beraspal hotmixed.

HARGA TIKET
Dewasa Rp. 3.000,
-Anak-2 Rp. 2.000,
-Motor Rp. 500,
-Mobil Rp. 3.000,-

3. PANTAI PASEBAN
Pantai Paseban terletak 52 km kearah Barat Laut Kota Jember. Di pantai ini para wisatawan dapat menikmati deburan ombak laut selatan yang penuh dengan mitos. Hamparan pasir yang luas membentang memberi keasikan tersendiri bagi wisatawan yang menyusurinya. Di Pantai Paseban wisatawan dapat menikmati mandi laut mengingat ombaknya yang tenang dan landai nan teratur sehingga tidak membahayakan.Disamping mandi para wisatawan dapat pula berjemur khususnya wisatawan mancanegara. Pantai Paseban disamping indah pemandangan lautnya juga dijadikan tempat nyadran oleh penduduk setempat terutama pada bulan Syuro dan hari-hari tertentu. Sedang bagi pecinta olahraga, Pantai Paseban juga dijadikan areal Bola Volli Pantai.

4. PANTAI PUGER
Pantai Puger 36 km Barat Laut Kota Jember disamping sebagai tempat pelelangan ikan juga sebagai tempat wisata karena alamnya yang indah. Wisatawan berkunjung ke Pantai Puger selain menikmati keindahan panorama alamnya, juga dapat berperahu menyusur pantai. Di Pantai Puger inilah setiap tahun diadakan acara “Larung Sesaji” sebagai rasa syukur kepada Tuhan atas rezeki yang diberikan. Bersebelahan dengan Pantai Puger, terdapat pantai yang juga menarik yaitu Pantai Kucur. Di Pantai Kucur wisatawan dapat menemukan kawanan kera merah yang selalu bergerombol dan suka bercanda dengan para wisatawan apalagi bila melihat wisatawan membawa buah-buahan atau makanan. Konon menurut cerita rakyat kera-kera itu akan membawa malapetaka apabila ada pengunjung berani menyakitinya apalagi sampai membunuhnya.

5. PANTAI BANDEALIT
Pantai Bandealit merupakan pantai yang terletak di kawasan Taman Nasional Meru Betiri yang indah panorama alamnya. Pantai ini terletak di sebelah selatan kota Jember, tepatnya 35 km dari pusat kota. Pantai yang bersebelahan dengan Pantai Sukamade (Pantai Tempat Penangkaran Penyu) dikenal akan tenangnya ombak yang berpadu dengan keindahan flora. Pantai Bandealit sangat cocok bagi pengunjung yang menyenangi olahraga alam karena medan menuju ke pantai cenderung menantang. Di Bandealit para pengunjung dapat melakukan kegiatan lintas alam, memancing dan selancar angin.

Hm..mungkin kalo Cuma baca artikelnya ajah kurang puas ato bahkan ga percaya kali yah…So, buktikan ajah langsung…

More Article...


(0) comments << Home
Wednesday, July 25, 2007
sunset on 11:00 PM

Tau ga siiiiih……
Ternyata di Jember (Kampung halaman-Q dewe Rek…!!) ada tempat wisata alam menarik lho…Kali ini coba aku buka dengan wisata air terjun di daerah Jember. Bagi yang suka kena saweran air terjun (cipratan-cipratan maksutnya :-D), bagi yang suka berwisata air, dan bagi yang suka jebur-jeburan di air, di sunnahkan mampir di beberapa air terjun di bawah ini :-)
1. Air Terjun Tancak
Tancak adalah daerah perbukitan sekitar 16 km arah Barat Daya kota Jember. Di Tancak inilah terdapat air terjun tertinggi di Kabupaten Jember, dengan ketinggian 82 m dan debit air 150 meter kubik per detik menjadikan air terjun Tancak sebagai objek wisata alam andalan Kabupaten Jember. Di sekitar air terjun ini wisatawan dapat menikmati Agro Wisata Kopi Kebun Gunung Pasang. Paket wisata ini sering didatangi wisatawan mancanegara.
2. Air Terjun Manggisan
Air Terjun Manggisan yang terletak 35 km arah Barat kota Jember mempunyai keitinggian 54 m dengan debit air 198 liter per detik. Dengan air yang begitu jernih dan lingkungan alam sekitar yang berbukit-bukit menciptakan panorama keindahan tersendiri ke objek wisata ini datang berombongan dan membuka tenda di areal perkemahan. Di sekitar air terjun, masyarakat sekitar menyediakan kolam pancing sehingga merupakan kegiatan rekreasi tersendiri bagi pecinta keindahan alam.
3. Air Terjun Lereng Raung
Air Terjun Lereng Raung yang terletak 32 km arah Timur Laut kota Jember terdiri atas 3 buah air terjun dengan ketinggian rata-rata 25 m. Disebut air terjun Lereng Raung oleh masyarakat sekitar disebabkan ketiga air terjun itu berasal dari lereng Raung walaupun sebenarnya air terjun tersebut berada di daerah Rowosari Sumber Jambe. Untuk menuju lokasi air terjun dibutuhkan tubuh yang prima karena jarak antara satu air terjun dengan lainnya harus ditempuh dengan jalan kaki menyusuri sungai yang indah dan berudara sejuk sepanjang ± 1,5 km. Keindahan alam air terjun akan bertambah justru disebabkan oleh bau semerbak buah durian apabila pohon-pohon durian tersebut sedang berbuah.

Tertarik berkunjung ke Jember ?? (duuuh….jadi ga sabar pengen pulang kampong neh…)Mongko konco-konco kabeh, kalo berpetualang ke Jawa Timur, janganlah dilupakan kota kecil satu ini, karena selain wisata alam air terjun masih banyak lagi wisata-wisata alam menarik laennya lhoo…. (Kalo bingung masalah penginapan, jangan di bikin bingung, ke rumah aku ajah, tinggal calling me, okay…)

More Article...


(0) comments << Home
Monday, July 02, 2007
sunset on 11:59 PM

Makna d balik angka 8

"Malam ini...resah sadari aku sendiri"
"Gelap ini...resah sadari kau tlah pergi"
“Malam ini…kata hati ingin terpenuhi”
Gelap ini...kata hati ingin kau kembali”

Thanks buat pengirim sms ini n Thanks buat 26 Juni 2007, 00.15, sangat berkesan n memberi warna saat ini ^_^

Lv & Mezzo

More Article...


(3) comments << Home
Thursday, June 14, 2007
sunset on 8:30 PM

Tips & Tricks Adventure Photography - Part 1

Several Tips for Adventure Photography :
Capture a Moment
Try to capture a moment. Look for an expression or gesture or quality of light that elevates an image beyond the ordinary.
The next time you’re photographing a friend rock climbing, look for the moment when he’s stretching, his knee is up, he’s really going for it. When you are out kayaking, wait until his paddle is down and water splashes across the frame.

If You See It, Shoot It
Don’t spend all of your time and energy trying to get one perfect shot. Experiment and take as many pictures as you can.
If you see something that strikes you, photograph it. You may find that your spontaneous photos are better than the ones you spent a long time composing.
It’s easy to pass by a good shot. You might be out backpacking and think, “Do I really want to stop the group and pull out my camera to take this photo?” You have to. Because you might not see it again.

Back off and Show the Terrain
Don’t set up every picture so that your friends are ten feet [three meters] away from your camera. Get some variety in your shots. Back up and show your surroundings.

Get Closer
Many photographers make the mistake of not getting close enough to their subjects. Take one of your own photographs and draw a circle in the middle of it. Often you’ll find that’s where the real picture is. The rest of the frame is just clutter. To get a cleaner shot, zoom in or move closer.

Watch Your Background
Simple, uncomplicated backgrounds help make a good picture better. Usually, the fewer extraneous people, objects, or colors in the background, the better. Move your camera—or yourself—if you have to.

Try Different Angles
Think about how you would normally photograph a scene. Then shoot it in an entirely different way.
Come up with surprises. Once you start doing that, you open your mind up to new possibilities. You’ll come back with more interesting and creative photos.

Put People in Lanscape
When photographing landscapes, it’s sometimes hard to capture a sense of scale—how big or small that landscape really is.
Think about putting a person in the landscape you’re photographing. Everyone knows how big a person is, so putting one in your shot will illustrate how grand that landscape really is.

Put at Sunrise & Sunset
Professional photographers know that the best time to take pictures is in the hours just before and after sunrise and sunset. Why? The light is at its most dramatic. It lacks the harsh contrasts of midday sun. Low light can be used to evoke a special mood and feel.

Keep Your Camera Still
Carry—and use—a tripod. Tripods keep your images from appearing jittery or shaky, especially when photographing in low light conditions around dawn and dusk—exactly the times you should be taking pictures.
If you don’t have a tripod with you, improvise. Use the crook of a tree, or lay your backpack down on a rock and use that as a base for your camera.
Pushing a camera’s shutter release can cause a camera to shake. So use a cable release, or set the self-timer on your camera. Two seconds should allow enough time for your camera to settle.

Combine Blurring and Sharpness
This technique combines a slow shutter speed (1/15 second or less), panning to follow the motion of your subject, and a short burst of fill flash added during the middle of your exposure. The result will freeze the action of your subject on a blurred background of color and motion.

Blur the Motion
One approach to motion photography is to use a slow shutter speed (try 1/15 second or less) and a tripod. This technique allows you to create a colorful blur of a subject in motion, like a kayaker moving through waves or a mountain biker pedaling through lush forest.
Slow shutter speed is also useful in landscape photography when you want to capture the blur of a stream, waterfall, or other moving water.

Stop the Motion
Another approach to motion photography is to try to stop the action by using a fast shutter speed. A fast shutter speed will freeze motion and capture details—like a kayaker grimacing as he digs into the water.

Get Superclose - Without a Macro Lens
Close-range photography of flowers, insects, and other small details is best accomplished with a macro lens. Their short focal lengths allow you to get close to your subject—effectively filling your frame with a blossom or beetle.
If you don’t have a macro lens and you’re shooting with an SLR (single lens reflex) camera, try this: Remove your lens, turn it around, and place the end where your filters attach snugly against your camera body. Zoom the lens out to 50mm or so.
Do not adjust the lens to focus. Instead, move the camera closer to or farther from your subject until you like what you see.
It’s not a perfect solution, but it can work in a pinch.

More Article...


(0) comments << Home